Gaya hidup modern lebih dekat dengan insomnia, benarkah?

Meskipun kecanggihan teknologi menawarkan kita untuk mendapatkan banyak hiburan, ternyata tidak membuat kita mendapatkan durasi tidur yang kurang dibandingkan dengan mereka yang hidup sebelum masa canggih ini datang. Para peneliti menemukan bahwa porsi tidur orang modern justru lebih banyak dibandingkan dengan orang yang hidup jauh dari kecanggihan teknologi.

Penelitian dilakukan dengan membandingkan kehidupan masyarakat modern dengan masyarakat yang masih hidup dengan cara berburu. Masyarakat berburu yang dilihat terletak di tiga wilayah pedesaan di Afrika dan Amerika Selatan. Para peneliti menganalisis kebiasaan tidur dari 94 orang yang berasal dari tiga suku.

Mereka menganalisis orang-orang dari suku Hadza (Tanzania), suku San Namibia (Bolivia) dan suku Tsimane (Bolivia). Para peneliti berpendapat bahwa orang-orang tersebut masih mempertahankan cara hidup nenek moyang mereka selama ribuan tahun. Akhirnya mereka berkesimpulan bahwa orang-orang tersebut mencerminkan perilaku orang-orang yang hidup pada masa pra-sejarah.

Penelitian menunjukkan bahwa orang yang hidup dengan cara berburu tidur rata-rata selama 6,5 jam sehari. Sedangkan orang-orang modern tidur rata-rata selama 7-8 jam sehari. Jerome Siegel, seorang peneliti dari University of California mengatakan bahwa mereka(para peneliti) menemukan fakta yang jauh berbeda dari pandangan umum mengenai durasi tidur seseorang. Selama ini kita menyangka bahwa durasi tidur kita jauh lebih sedikit dari para nenek moyang kita.

Hasil penelitian lain yang mereka temukan terkait dengan insomnia. Mereka menemukan bahwa gangguan insomsia sangat jarang ditemukan pada orang-orang zaman kuno. Temuan ini akan mendalami lebih lanjut alasan mengapa orang-orang tersebut memiliki tidur yang nyaman.

Setelah melakukan penelitian selama 1.165 hari, para peneliti menemukan kesamaan yang mengejutkan dari ketiga kelompok masyarakat tersebut. Meskipun mereka berasal dari genetika, sejarah dan lingkungan yang berbeda, mereka memiliki pola tidur yang sama.

Mereka menemukan bahwa orang-orang yang hidup dengan berburu tersebut tidur tidak kurang dari 3 jam setelah matahari terbenam. Pada malam sebelum tidur, mereka melakukan beberapa kegiatan seperti menyiapkan makanan, makan malam, membuat panah, dan merencanakan perburuan untuk esok hari. Keesokan harinya, mereka akan terbangun sebelum matahari terbit.

Para peneliti menemukan adanya hubungan antara suhu udara dengan durasi tidur. Para pemburu tersebut memiliki durasi tidur lebih lama satu jam pada musim dingin. Dengan kondisi suhu udara yang menurun, mereka tidur dengan durasi yang lebih lama.

Para peneliti menemukan sebuah perbedaan besar antara masyarakat modern dengan masyarakat berburu tersebut. Hanya 1,5-2,5 persen dari masyarakat berburu yang terkena insomnia. Sedangkan masyarakat modern menunjukkan angka yang tinggi dengan jumlah 10-30 persen orang terkena insomnia. Insomnia sangat langka pada suku San Namibia dan Tsimane, dan bahkan mereka tidak mengenal gangguan tidur semacam itu. Para peneliti menyarankan untuk meniru aspek lingkungan alam, seperti suhu, bisa membantu mengobati insomnia dan bahkan gangguan tidur lainnya.

sumber: merdeka.com

Comments

Popular Posts