Benarkah stres bisa membuat rambut kita memutih?
Masyarakat sangat mengaitkan tumbuhnya uban atau memutihnya rambut
sebagai dampak dari stres yang tinggi. Asumsi ini seakan didukung dengan
berbagai fakta yang membuktikannya, seperti presiden yang baru turun
jabatan selalu nampak lebih tua dengan rambut yang lebih abu-abu. Namun
benarkah stres yang jadi penyebabnya? bagaimana stres bisa mempengaruhi
warna rambut?
Tunggu dulu. Sebelum beranjak lebih jauh, kita harus tahu terlebih dahulu bagaimana pertumbuhan rambut bekerja. Jika kulit kepala diibaratkan seperti perusahaan, tentu produknya adalah rambut. Rambut yang kita sampo dan bilas tiap hari, ternyata adalah helai-helai dari sel mati. rambut didorong secara kontinyu oleh folikel. Pigmentasi juga bagian dari hal ini, di mana sel pigmen bernama melanosit diproduksi.
Pada orang yang sehat, folikel memproduksi pigmen tanpa masalah. Namun melanosit dapat seketika rusak, dan hal ini disebut 'oxidative stress.' Hal ini sama sekali tak berkaitan dengan stress yang kita alami secara emosional. Kerusakan ini juga bisa disebabkan oleh penuaan, di mana di umur dua puluh atau tiga puluh, folikel akan berkurang fungsinya. Gen-gen yang berperan melawan stress yang terjadi di folikel juga mulai lemah. Pada akhirnya melanosit akan melemah dan mati.
Dilansir dari Mental Floss, ternyata stress dan memutihnya rambut ada hubungannya. Dalam beberapa penelitian sebelumnya, stress berhubungan erat dengan kerontokan rambut. Namun stress ternyata juga punya andil dalam membuat rambut beruban. Pasalnya 'oxidative stress' yang terjadi di folikel ternyata dapat juga terjadi jika seseorang mengalami stress kronis.
Stress kronis yang dapat memberi kerusakan pada sistem pigmentasi ini ternyata haruslah stres dengan tingkatan yang ekstrem. Sejarah mencatat bahwa terpidana mati terkenal seperti Thomas More dan Marie Antoinette, seketika rambutnya memutih ketika mendekati hari eksekusi.
Namun tak hanya stres, berbagai kondisi medis, kondisi lingkungan, serta kebiasaan juga mempercepat matinya pigmen. Para perokok empat kali lebih berpeluang untuk beruban secara prematur. Hal ini karena kecenderungan malnutrisi yang diderita para perokok.
sumber: merdeka.com
www.elitespringbed.com
Tunggu dulu. Sebelum beranjak lebih jauh, kita harus tahu terlebih dahulu bagaimana pertumbuhan rambut bekerja. Jika kulit kepala diibaratkan seperti perusahaan, tentu produknya adalah rambut. Rambut yang kita sampo dan bilas tiap hari, ternyata adalah helai-helai dari sel mati. rambut didorong secara kontinyu oleh folikel. Pigmentasi juga bagian dari hal ini, di mana sel pigmen bernama melanosit diproduksi.
Pada orang yang sehat, folikel memproduksi pigmen tanpa masalah. Namun melanosit dapat seketika rusak, dan hal ini disebut 'oxidative stress.' Hal ini sama sekali tak berkaitan dengan stress yang kita alami secara emosional. Kerusakan ini juga bisa disebabkan oleh penuaan, di mana di umur dua puluh atau tiga puluh, folikel akan berkurang fungsinya. Gen-gen yang berperan melawan stress yang terjadi di folikel juga mulai lemah. Pada akhirnya melanosit akan melemah dan mati.
Dilansir dari Mental Floss, ternyata stress dan memutihnya rambut ada hubungannya. Dalam beberapa penelitian sebelumnya, stress berhubungan erat dengan kerontokan rambut. Namun stress ternyata juga punya andil dalam membuat rambut beruban. Pasalnya 'oxidative stress' yang terjadi di folikel ternyata dapat juga terjadi jika seseorang mengalami stress kronis.
Stress kronis yang dapat memberi kerusakan pada sistem pigmentasi ini ternyata haruslah stres dengan tingkatan yang ekstrem. Sejarah mencatat bahwa terpidana mati terkenal seperti Thomas More dan Marie Antoinette, seketika rambutnya memutih ketika mendekati hari eksekusi.
Namun tak hanya stres, berbagai kondisi medis, kondisi lingkungan, serta kebiasaan juga mempercepat matinya pigmen. Para perokok empat kali lebih berpeluang untuk beruban secara prematur. Hal ini karena kecenderungan malnutrisi yang diderita para perokok.
sumber: merdeka.com
www.elitespringbed.com
Comments
Post a Comment